Manajemen
Strategi pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
merupakan jenis perusahaan manufaktur, yaitu perusahaan yang memproses
bahan mentah hingga berubah menjadi barang yang sudah siap untuk dipasarkan.
Semua proses yang terjadi di industri ini umumnya melibatkan berbagai peralatan
modern. PT.Indofood Sukses Makmur Tbkmerupakan bentuk perusahaan PT
(perseroan terbatas), yaitu suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki
bagian sebanyak saham yang dimilikinya.
·
1968
- PT Lima Satu Sankyu (selanjutnya berganti nama menjadi PT Supermi Indonesia)
didirikan, pertama kali memproduksi Supermi sebagai
mi instan pertama di Indonesia.
·
1970
- PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd (PT Sanmaru) didirikan sebagai salah
satu anak perusahaan Jangkar Jati Group.
·
1984
- PT Sarimi Asli Jaya diakuisisi oleh PT Sanmaru dan bersama dengan Salim Group membentuk
perusahaan dengan nama PT Indofood Interna Corporation.
·
1986
- PT Supermi Indonesia diakuisisi oleh PT Indofood Interna Corporation melalui
anak perusahaannya PT Lambang Insan Makmur.
·
1989
- PT Sanmaru mengakuisi PT Sari Pangan Nusantara, yang memproduksi makanan bayi
bermerek SUN.
·
1990
- PT Sanmaru membentuk perusahaan patungan dengan PepsiCo, Inc yang memiliki
merek FritoLay yang pada tahun 1994 bernama PT Indofood Fritolay Makmur dan
mulai memproduksi makanan ringan seperti Chitato, Chiki, Cheetos dan Jetz yang
kemudian pada tahun 2000an disusul dengan Lay's dan Qtela.
·
1992
- PT Sanmaru melalui anak perusahaan Jangkar Jati Group diambil alih seluruh
sahamnya oleh Salim
Group.
·
1993
- PT Panganjaya Intikusuma dan PT Sanmaru membentuk perseroan dengan nama PT
Indomie Sukses Makmur Tbk.
·
1994
- PT Panganjaya Intikusuma berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
·
1995
- Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari.
·
1997
- Mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan,
agribisnis serta distribusi.
·
2005
- PT Indosentra Pelangi sebagai produsen bumbu, kecap dan sambal bermerek
Indofood membentuk perusahaan patungan dengan Nestlé bernama PT Nestlé Indofood
Citarasa Indonesia, mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.
·
2006
- Mengakuisisi 55% saham perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd.
·
2007
- Mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan
saham baru.
·
2008
- Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efektif 68,57%
saham di PT Indolakto, sebuah perusahaan dairy terkemuka.
·
2009
- Memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu
yang diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk
Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke
dalam ICBP.
·
2010
- Menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP melalui pengalihan
kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP dengan jumlah kepemilikan kurang
dari 100% ke ICBP dan melakukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjutkan dengan
pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.
Peningkatan kepemilikan di Pacsari Pte. Ltd sebesar 10% menjadi pemilik 100%.
·
2011
- Pada bulan Januari 2011, PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Gizindo
Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur dan PT
Ciptakemas Abadi digabung sepenuhnya dengan status perusahaan terbuka (Tbk.)
menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Salim Ivomas Pratama (SIMP), anak
perusahaan langsung dan tidak langsung Perseroan, melakukan IPO diikuti dengan
pencatatan saham di BEI pada 9 Juni 2011.
·
2012
- Sudono
Salim, pendiri ICBP meninggal dunia di
Singapura pada tanggal 10 Juni 2012. Tidak lama sesudah meninggalnya, salah
satu produk mi instan dari Indofood,Indomie,
menyelenggarakan program ulang tahunnya yang ke-40 tahun, pada bulan Agustus
2012 di Jakarta.
·
2013
- Menyelesaikan akuisisi PT Pepsi-Cola Indobeverages, perusahaan yang
memproduksi minuman ringan bermerek Pepsi, 7 Up dan
sebagainya. Akuisisi ini dilakukan oleh PT Indofood Asahi Sukses Beverage dan
PT Asahi Indofood Beverage Makmur, yang masing-masing adalah 51% dan 49%
dimiliki oleh ICBP.
·
2014
- Indofood masuk ke bisnis minuman bernama Indofood Asahi dan mulai mengimpor
dua merek minuman dari Malaysia, yaitu Ichi Ocha dan Caféla Latte dan
mengakuisisi merek air mineral Club dari PT Tirta Bahagia.
Mie instan telah menjadi makanan yang sangat
digemari di Indonesia. Studi MARS Indonesia yang dilansir pada tahun 2016
tentang Profil Konsumsi Produk Makanan mengungkapkan bahwa sebanyak 92,4
masyarakat di Indonesia dari survei yang dilakukan di 7 kota besar di Indonesia
merupakan konsumen mie instan. Mie Instan dapat disebut makanan instan favorit
di Indonesia karena harganya murah, membuatnya mudah dan praktis, awet, atau
rasanya pun enak. Hasilnya, mie instan pun menjadi makanan pengganti nasi yang
sangat digemari baik di rumah tangga, anak kos, bahkan di kalangan pekerja
kantor. Hal ini dapat dilihat dari :
o Salah satukota dengan tingkat konsumsi mie
instan terbesar, yaitu Kota Semarang sebesar 97%.
o Posisinya diikuti oleh Makassar (95,2%) dan
Bandung (94,2%).
o Jika dilihat dari usia konsumen, tingkat
konsumsi mie instan terbesar adalah kalangan remaja berusia 15-24 tahun, yaitu
sebesar 95,6%.
o Di rentang usia 25-34 tahun sebesar 93,9% dan
usia 35-55 tahun sebanyak 90,5%.
1.2 Visi Misi
a. Visi
“Menjadi Perusahaan Total Food Solutions”
b. Misi
a) Senantiasa
meningkatkan kompetensi karyawan kami, proses produksi kami, dan teknologi
kami.
b) Menyediakan
produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau, yang
merupakan pilihan pelanggan.
c) Memastikan
ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional.
d) Memberikan
kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia, khususnya dalam
bidang nutrisi.
e) Meningkatkan
stakeholders’ value secara berkesinambungan.
1.3 Strategi Manajemen Pada Elemen
Marketing Mix (4p)
Menurut Kotler
(2000) mendefinisikan bahwa “bauran pemasaran adalah kelompok kiat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam
pasar sasaran“.Sedangkan Jerome Mc-Carthy dalam Fandy Tjiptono
(2004) merumuskan bauran pemasaran menjadi 4 P (Product, Price, Promotion
dan Place).
Sehingga disimpulkan bahwa Marketing Mix
adalah strategi pemasaran yang di laksanakan secara terpadu atau strategi
pemasaran yang di lakukan secara bersamaan dalam menerapkan elemen strategi
yang ada dalam marketing Mix itu sendiri.Marketing Mix terdapat beberapa elemen
marketing dikenal dengan unsur 4P (Produk, Price, Place, Promotion).
a) Product
Brand name yang digunakan adalah Indomie.
Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet
berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal, minyak
palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi jumbo
dengan massa 120 gram.
Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan
selera orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan konsumen
yang semakin banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk
Indomie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah
Indonesia.
Produk
|
|
Noodles
|
Indomie, Supermie, Sarimi, Sakura, Pop Mie,
Pop Bihun, Mie Telur Cap 3 Ayam
|
Dairy (Susu)
|
Indomilk, Cap Enak, Tiga Sapi, Kremer,
Milkuat, Orchid Butter, Indoeskrim
|
Snack Foods
|
Chitato, Chiki, Qtela, Jetz, Cheetos, Lays,
Trenz, Dueto, Wonderland Biskuit
|
Food Seasonings (Bumbu-bumbu Makanan)
|
Indofood Bumbu Racik, Indofood Freiss,
Sambal Indofood, Kecap Indofood, Kecap Piring Lombok, Maggi, Bumbu Spesial
Indofood
|
Nutrition and Special Food
|
Promina, Sun, Govit, Provita
|
Beverages (Minuman)
|
Ichi Ocha, Cafèla Latte, Club, Tekita,
Fruitamin, Pepsi, Mirinda, 7Up, Tropicana Twister
|
b) Price
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat
juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40
indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua kalangan
masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 1500 –
Rp. 3.500
c) Places
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan
distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut
kepualuan.Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak
tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai
suplai dan penghantaran.Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki
outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang
dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin
(www.indofood.com).Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam
menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti Burjo (warung yang menyediakan
bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama).
d) Promotion
•
Tagline :
Indomie Seleraku
•
Iklan
: Billboard, iklan TV, sponsor acara
Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle”
untuk pelajar SMA, acara tersebut
berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada
24 April 2008.
• Pembuatan Shop Sign
(Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
BAB
II
Analisis
2.1 Analisis Lingkungan
2.1.1 Lingkungan Internal (Mikro)
1. Konsumen
Konsumen indomie tidak hanya ada di indonesia
saja tetapi berada di australia. Indomie merupakan makanan kegemaran di
asutralia, hal ini bisa dilihat dari toko-toko yang selalu kehabisan stok karena
permintaan akan indomie di australia cukup banyak. Hal ini juga di dukung oleh
kebiasaan masyarakat australia yang membutuhkan makanan cepat saji karena
kapadatan jam kerja dan banyaknya netizen. Di Australia, tahun 2009 indomie
dijual dengan harga 25 sen per bungkusnya atau AUD 10 untuk satu kardus berisi
40 bungkus indomie, sedangkan di Amerika Serikat pada tahun 2009, indomie biasa
dijual dengan harga 1 dolar per 3 bungkusnya.
2. Pesaing
Salah satu kompetitior indomie adalah mie
sedap, mie sedap masuk ke pasar dengan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan harga yang ditawarkan indomie. Sehingga konsumen yang terpengaruh harga
akan lebih memilih mie sedap.Pesaing indomie di australia adalah makanan
pasta. Tetapi tetap saja indomie dapat lebih unggul karena indomie memiliki ke
khasan rasa dan harga yang lebih murah harga 1 dolar per 3 bungkus, dan
penyajiannya juga mudah serta cepat.
Metode promosi yang digunakan adalah terutama
melalui iklan di media elektronik dan cetak, mensponsori berbagai acara, serta
instalasi iklan billboard secara luas. Indomie sangat dikenal dengan
taglinenya, "Indomie Seleraku".Pada tahun 2008 Indomie melakukan
inovasi dalam promosinya dengan mengadakan event Indomie Jingle Dare, sebuah
ajang kompetisi bagi pelajar tingkatan SMA untuk membuat jingle bagi iklan
Indomie.
3.Pemasok
Grup Indofood merupakan perusahaan “Total
Food Solutions”, dengan kegiatan usaha yang mencakup seluruh tahapan proses
produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk
akhir yang tersedia di pasar. Sebagai perusahaan terkemuka dalam industri
makanan olahan di Indonesia, kegiatan operasional.Grup Indofood didukung oleh
sistem distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya sangat dikenal di
seluruh nusantara. Produk-produk Grup Indofood antara lain mi instan, dairy,
bumbu penyedap makanan, makanan ringan, makanan bayi, tepung terigu, pasta,
biskuit, minyak goreng, margarin dan shortening. Merek-merek produk Grup
Indofood merupakan merek terkemuka di pasar domestik, dikenal konsumen sebagai
produk berkualitas dengan harga terjangkau dan tersedia di berbagai pelosok
Indonesia.
4. Chanel of distribution
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan
lepas dari masalah penyaluran barang yang dihasilkan atau barang yang akan
dijual ke konsumen. Para produsen berhak menentukan kebijakan distribusi yang
akan dipilih dan disesuaikan dengan jenis barang serta luasnya armada penjualan
yang akan digunakan. Jika perusahaan berada dalam persaingan yang semakin
tajam, perusahaan harus segera mengadakan penelitian terhadap
pasarnya.Penelitian tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera konsumen
dan jika mungkin menstimulir permintaan serta menciptakan langganan (Kotler,
2006). Ada beberapa alternatif yang mungkin dipilih penjual dalam
mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu :
1. manufaktur → konsumen,
2. manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
3. manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran
→ konsumen
4. manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang
eceran →konsumen
Dan berdasarkan survey yang dilakukan oleh
Qasa Consulting, kekuatan distribusi Indomie terbukti, dalam The Most Powerfull
Distribution Performance tahun 2007, yang mencapai 95%.Karena pendistribusian
indonmie sangat baik, maka Indomie mudah di dapatkan oleh kosumen dimanapun.
5.Sumber daya manusia
Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu,
Indofood percaya bahwa karyawan adalah salah satu kelompok paling penting dari
stakeholder dan unsur penting dalam keberhasilan terus. Perseroan percaya bahwa
setiap karyawan memiliki kapasitas untuk berprestasi dan memberikan kontribusi
bagi keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri. Indofood
akan terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan baik di
semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan. Program pelatihan
juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam rangka
untuk membantu semua divisi dalam mempertahankan pangsa pasar dan keuntungan di
pasar yang semakin kompetitif. Berbagai program pelatihan akan disajikan dalam
setahun, sementara Program Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam
divisi-divisi lain dari perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak
Minyak & Lemak dan Makanan Bumbu Divisi.
2.1.2 Lingkungan Eksternal (Makro)
1. Ekonomi
Menurut catatan Bursa Efek Jakarta tahun
1994, PT. Indofood berhasil menguasai 90% pasar mie instant di
Indonesia.Sedangkan untuk di Australia, Indofood dengan kategori mie instant
berhasil menguasai hingga 70%. Oleh karena itu, harga Indomie di Australia
sendiri senilai 69 sen atau kurang lebih Rp. 5700,-. Selain Indomie, Indofood
memproduksi sejumlah merek mi instan lainnya, seperti Sarimi dan Supermi.
Namun, Indomie menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan dari divisi mi
instan Indofood. Pada 2009 lalu, total nilai penjualan mi instan meningkat 7,2
persen menjadi Rp11,68 triliun dari Rp10,90 triliun di 2008. Kenaikan ini
disebabkan oleh naiknya volume penjualan dan kenaikan harga pada 2008 dan 2009.
Peningkatan penjualan dan turunnya biaya produksi menaikkan marjin laba usaha
divisi ini menjadi 11,8 persen pada tahun 2009 dari 4,1 persen pada 2008. Sudah
bertahun-tahun PT. Indofood bertahan di pasar Australia bahkan begitu digemari
oleh warga Australia.Daur hidup produknyapun, tetap berada di puncaknya bahkan
mengalahkan mie instant dari negaranya sendiri maupun negara luar
lainnya.Tetapi dengan harga Indomie yang begitu tinggi dibandingkan di
Indonesia, perusahaan tetap saja harus membayarkan pajak usaha dari keuntungan
yang diperoleh perusahaan.Hingga kini, permintaan Australia terhadap produk PT.
Indofood tetap meningkat dari tahun ke tahun. Itu yang membuat perusahaan ini
bertahan di pasar Australia hingga sekarang
2. Sosial dan Budaya
Faktor social dan budaya, menitikberatkan
kepada tata nilai dan sikap dari masyarakat.PT. Indofood melihat dan
menyesuaikan terlebih dahulu produknya sebelum akhirnya mampu menguasai pasar
baik di dalam negeri maupun diluar seperti Australia. Tata nilai dan sikap
masyarakat mempengaruhi :
- Gaya hidup masyarakat
cenderung menyukai sesuatu yang instan seperti halnya pangsa pasar Indofood di
luar negeri seperti Australia, mayoritas masyarakatnya mayoritas orang-orang
yang sibuk sehingga hal ini menjadi peluang bagi Indofood untuk memasuki pasar
yang akan mempengaruhi pada permintaan produk terhadap perusahaan.
3. Teknologi
PT. Indofood harus memahami pengaruh
perubahan faktor teknologi terhadap kegiatan operasional perusahaan serta
pemahaman tentang kemampuan perusahaannya dalam menciptakan produk.Perkembangan
teknologi ini, selain dengan menunjang tercapainya tujuan perusahaan dapat juga
menjadi ancaman bagi merosotnya produktifitas perusahaan.Perusahaan Indofood
yang dibentuk di Australia, pastinya memiliki mesin-mesin canggih untuk
memenuhi permintaan masyarakat Australia terhadap Indomie. Teknologi lain
seperti internet dan social-network lain juga ditempuh PT. Indofood untuk
memasarkan produknya.
4. Demografi
Pemasaran Indomie dari perusahaan PT.
Indofood Sukses Makmur ini menargetkan kepada konsumen dengan rentang usia
diatas 3 tahun. Karena akan kurang pantas jika dikonsumsi oleh batita (bayi
dibawah tiga tahun) mereka masih membutuhkan asupan gizi yang lebih baik,
makanan-makanan bermanfaat bagi pertumbuhan mereka. Tetapi apabila untuk
dikonsumsi sekali-kali tidak apa-apa.Dari sisi jenis kelamin, dapat dikonsumsi
oleh pria maupun wanita.Dari sisi penghasilan, harga mie instant Indomie
sendiri masih cukup terjangkau di Australia bila dibandingkan dengan rata-rata
penghasilan warga mereka per tahun.
5. Geografi
Australia saling berbagi lautan dengan
tetangga-tetangganya yang terdekat, yakni Indonesia dan Papua Nugini.Australia
terletak di sebelah tenggara Indonesia.Pada titik batasnya yang terdekat,
Australia dan Indonesia hanya terpisah beberapa kilometer saja. Pada gambar
diatas, terlihat Ibu kota negara dan ibukota propinsi di Indonesia;
Ibukota nasional dan ibukota negara bagian di Australia. Dengan letak geografis
negara Australia dengan negara Indonesia yang lebih dari sekedar dekat,
memudahkan pengiriman (proses eksport-import) produk mie instant dari Indofood
menuju ke Australia. Dari segi biaya penyimpanan gudang, biaya transport,
bahkan waktu pengirimanpun akan lebih cepat dibanding pengiriman produk ke
negara lainnya. Ini pulalah yang membuat permintaan pasar konsumen di Australia
semakin meningkat.
6. Politik dan Hukum
Pengaruh politik dan hukum terhadap industri
sapi potong dapat dinilai dari berbagai peraturan maupun kesepakatan berbagai
pihak yang terkait, misalnya kesepakatan WTO dan AFTA yang berskala
internasional, atau Peraturan Daerah (Perda) yang lingkupnya lebih sempit.
Hukum dagang PT. Indofood, yang pada awalnya didirikan dengan nama PT.
Panganjaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian no.228 yang kemudian diubah
dengan akta no. 249, dan akta no.171 tanggal 15 november 1994. Tujuan utama
didirikannya PT. Indofood adalah memproduksi makanan olahan (khususnya mie
instant), pengolahan gandum menjadi tepung terigu, industri makanan terpadu,
distribusi, perkebunan, dan pengolahan kelapa sawit.
2.2 Internal Posisi Keuangan
Di tengah iklim perekonomian yang penuh
tantangan, Indofood berhasil meraih kinerja yang positif, dengan mencatatkan
pertumbuhan penjualan dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar,
sementara posisi keuangan Perseroan terjaga dengan sehat.Arahan strategis
Perseroan untuk meraih pertumbuhan melalui inovasi telah dilaksanakan dengan
baik, melalui keberhasilannya dalam peluncuran kategori-kategori produk yang
baru, serta banyaknya peluncuran berbagai produk baru.
IN
BILLION OF RUPIAH
UNLESS OTHERWISE STATED |
2014
|
2013
|
2012
|
2011
|
2010
|
Dalam
miliar Rupiah,
kecuali dinyatakan lain |
Net
Sales
|
30.022,5
|
25.094,7
|
21.716,9
|
20.085,9
|
18.617,3
|
Penjualan
Neto
|
Gross
Profit
|
8.059,9
|
6.425,7
|
5.803,8
|
5.112,3
|
5.064,8
|
Laba
Bruto
|
Income
from Operations (EBIT)
|
3.128,7
|
2.771,9
|
2.849,2
|
2.603,7
|
2.558,7
|
Laba
Usaha (EBIT)
|
EBITDA
|
3.748,1
|
3.278,9
|
3.272,7
|
2.999,0
|
3.011,0
|
EBITDA
|
Income
for the Year
|
2.531,7
|
2.235,0
|
2.282,4
|
2.066,4
|
1.827,9
|
Laba
Tahun Berjalan
|
Income
for the Year Attributable to Equity Holders of the Parent Entity
|
2.604,2
|
2.225,3
|
2.179,6
|
1.975,3
|
1.704,0
|
Laba
Tahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk
|
Comprehensive
Income for the Year
|
2.522,3
|
2.286,6
|
2.287,2
|
2.064,0
|
1.836,9
|
Laba
Komprehensif Tahun Berjalan
|
Comprehensive
Income for the Year Attributable to Equity Holders of the Parent Entity
|
2.598,8
|
2.260,9
|
2.183,2
|
1.973,7
|
1.710,2
|
Laba
Komprehensif Tahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik
Entitas Induk
|
Shares
Outstanding (million)
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
Jumlah
Saham Yang Ditempatkan dan Disetor Penuh (juta)
|
Basic
Earnings Per Share Attributable to Equity Holders of the Parent Entity (Rp)
|
447
|
382
|
374
|
339
|
344
|
Laba
Per Saham Dasar Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk (Rp)
|
Current
Assets
|
13.603,5
|
11.321,7
|
9.922,7
|
8.689,1
|
7.117,4
|
Aset
Lancar
|
Current
Liabilities
|
6.231,0
|
4.696,6
|
3.648,1
|
3.128,0
|
2.827,3
|
Liabilitas
Jangka Pendek
|
Net
Working Capital
|
7.372,5
|
6.625,1
|
6.274,6
|
5.561,1
|
4.290,1
|
Modal
Kerja Bersih
|
Total
Assets
|
24.910,2
|
21.267,5
|
17.819,9
|
15.354,9
|
13.484,3
|
Total
Aset
|
Capital
Expenditures
|
1.500,3
|
2.000,9
|
1.629,7
|
529,5
|
361,2
|
engeluaran
Barang Modal
|
Total
Equity
|
15.039,9
|
13.265,7
|
11.984,4
|
10.700,8
|
9.358,2
|
Total
Ekuitas
|
Non-Controlling
Interests
|
962,2
|
678,9
|
572,2
|
492,9
|
442,6
|
epentingan
Nonpengendali
|
Total
Liabilities
|
9.870,3
|
8.001,7
|
5.835,5
|
4.654,1
|
4.126,1
|
Total
Liabilitas
|
Funded
Debt
|
3.405,9
|
2.520,0
|
1.263,0
|
780,4
|
526,3
|
ang
Dikenakan Bunga
|
Gross
Profit Margin
|
26,8%
|
25,6%
|
26,7%
|
25,5%
|
27,2%
|
Marjin
Laba Bruto
|
EBIT
Margin
|
10,4%
|
11,0%
|
13,1%
|
13,0%
|
13,7%
|
Marjin
Laba Usaha (EBIT)
|
Net
Income Margin Attributable to Equity Holders of the Parent Entity
|
8,7%
|
8,9%
|
10,0%
|
9,8%
|
9,2%
|
Marjin
Laba Bersih Yang Dapat
Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk |
Return
on Assets (%) - Net Income
|
11,0
|
11,4
|
13,8
|
14,3
|
15,3
|
Imbal
Hasil atas Aset (%) - Laba Bersih
|
Return
on Assets (%) - EBIT
|
13,6
|
14,2
|
17,2
|
18,1
|
21,5
|
Imbal
Hasil atas Aset (%) - Laba Usaha
|
Return
on Equity (%)
|
17,9
|
17,7
|
20,1
|
20,6
|
33,3
|
Imbal
Hasil atas Ekuitas (%)
|
Current
Ratio (x)
|
2,18
|
2,41
|
2,72
|
2,78
|
2,52
|
Rasio
Lancar (x)
|
Liabilities
to Assets Ratio (x)
|
0,40
|
0,38
|
0,33
|
0,30
|
0,31
|
Rasio
Liabilitas Terhadap Aset (x)
|
Liabilities
to Equity Ratio (x)
|
0,66
|
0,60
|
0,49
|
0,43
|
0,44
|
Rasio
Liabilitas Terhadap Ekuitas (x)
|
Gearing
Ratio - Gross (x)
|
0,23
|
0,19
|
0,11
|
0,07
|
0,06
|
Gearing
Ratio - Gross (x)
|
Gearing
Ratio - Net (x)
|
(0,26)
|
(0,23)
|
(0,35)
|
(0,34)
|
(0,31)
|
Gearing
Ratio - Net (x)
|
Net Sales (Penjualan Netto)
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil
mencapai hamper seluruh target di tahun 2014 dimana meraih pertumbuhan
penjualan neto sebesar double-digit menjadi sekitar Rp30,02 triliun
dikontribusikan oleh pertumbuhan penjualan dari berbagai kegiatan usahanya yang
sudah ada maupun yang baru. Tanpa memperhitungkan kegiatan usaha baru,
penjualan neto tumbuh 13,0%, dan kegiatan usaha baru di bidang minuman
memberikan kontribusi sekitar 6,4% terhadap penjualan neto konsolidasi.
Income From Operations/Ebit (Trillion Rupiah)
Laba Usaha (Triliun Rupiah)
Pada Laba usaha tumbuh 12,9% menjadi
Rp3,13 triliun di tahun 2014, PT. Indofood Sukses Makmur Tbkgembira atas
kemajuan yang dicapai baik oleh kegiatan usaha yang sudah ada maupun baru
dimana berhasil mempercepat pertumbuhan penjualan dan meraih kemajuan berarti
dalam menyeimbangkan portofolio usaha. Di sepanjang tahun 2014, kami terus
menjalankan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.Kami meningkatkan
portofolio produk premium di kategori mi instan, makanan ringan, serta penyedap
makanan guna memenuhi kebutuhan segmen berpenghasilan menengah yang terus
berkembang.
Total Aset (Triliun Rupiah)
Total aset pada tanggal 31 Desember 2014
mencapai Rp24,91 triliun, naik 17,1% dari Rp21,27 triliun pada tanggal 31
Desember 2013. Total aset yang terdiri dari total asset lancar dan total aset
tidak lancar masingmasing meningkat menjadi Rp13,60 triliun dan Rp11,31 triliun
di tahun 2014, dari Rp11,32 triliun dan Rp9,95 triliun di tahun 2013. Kenaikan
total aset lancar terutama disebabkan oleh meningkatnyakas dan setara kas, dan
kenaikan piutang usaha seiring naiknya penjualan neto.
Total Ekuitas (Triliun Rupiah)
Pada tanggal 31 Desember 2014, total ekuitas
mencapai Rp15,04 triliun, naik dibandingkan Rp13,27 triliun pada tanggal 31
Desember 2013 terutama karena laba bersih yang dihasilkan di sepanjang tahun
2014 dikurangi dengan pembayaran dividen untuk tahun buku 2013.
2.3 Posisi dalam Market Share (Life Cycle)
dan BCG
2.3.1 Posisi dalam Market Share (Life Cycle)
Pada umumnya siklus hidup produk atau product
life cycle memiliki 4 tahapan yaitu: Perkenalan (Introduction), Perkembangan
(Growth), kedewasaan (Maturity), penurunan (Decline).
Indomie adalah merek produk mi instan dari
Indonesia.Di Indonesia, Indomie diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie juga dipasarkan secara cukup luas
di manca negara, antara lain di Amerika Serikat, Australia, berbagai negara
Asia dan Afrika serta negara-negara Eropa; hal ini menjadikan Indomie sebagai
salah satu produk Indonesia yang mampu menembus pasar internasional.Di
Indonesia sendiri, sebutan “Indomie” sudah umum dijadikan istilah generik yang
merujuk kepada mi instan.
Berikut ini adalah penjelasan singkat
mengenai ke empat tahapan siklus hidup produk yang di gunakan produsen PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk dalam memasarkan produknya berdasarkan fase atau
tahap siklusnya.
i. Perkenalan (Introduction)
Mie Instan pertama kali diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1969.Indomie sendiri di produksi dan dipasarkan ke konsumen
sejak tahun 1972. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, pertama kali
memperkenalkan Indomie Mie Noodlez, Indomie Laksa, dll. Tahap perkenalan adalah
tahapan pertama dalam siklus hidup produk dimana produsen memperkenalkan produk
barunya kepada pasar atau masyarakat umum.Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan
yang lambat. Pertumbuhan yang lambat karena di sebabkan oleh:
a Kelambatan
dalam perluasan kapasitas produksi
b Masalah
teknis
c Konsumen
baru mengenal produk
d Perusahaan
mulai beradaptasi
e Kelambatan
dalam penyediaan produk tersebut untuk konsumen, terutama di bidang distribusi.
ii. Perkembangan (Growth)
Tahap perkembangan (Growth) adalah
tahap di mana produk yang di perkenalkan tersebut dikenal dan mulai diterima
oleh konsumen.Dalam periode pertumbuhan ini ditunjukkan dengan penjualan yang
mulai meningkat. Pada tahun 1982 PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk meluncurkan varian rasa baru, yaitu rasa Kari Ayam.Diikuti pada tahun
1983 varian Mie Goreng di keluarkan.Tahun berikutnya perusahaan PT. Sanmaru
Food Manufacturing Co. Ltd dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya (produsen
Sarimi).Tiga tahun kemudian Pop Mie, mie instan dalam wadah cup, diluncurkan
untuk pertama kalinya dengan rasa ayam dan baso.
iii. Tahap
Kedewasaan (Maturity)
Pada tahun 1982 Indomie meluncurkan varian
rasa baru, yaitu rasa Kari Ayam.Diikuti pada tahun 1983 varian Mie Goreng di
keluarkan.Tahun berikutnya perusahaan PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd
dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya (produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian Pop
Mie, mie instan dalam wadah cup , diluncurkan untuk pertama kalinya dengan rasa
ayam dan baso. Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat
ini berada pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand
equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of
Mind merek mie instan.
Peningkatan omset penjualan yang mulai
melambat, bersaing dengan ketat dan berjuang dalam merebut pangsa pasar dengan
para pesaing–pesaingnya. Ditinjau lebih jauh tahap pendewasaan ini dapat di
bagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Tahap
pendewasaan yang meningkat adalah penjualan total meningkat dengan lambat yang
di sebabkan karena sebagian permintaan berasal dari langganan (pembeli lama),
sedangkan pembeli baru yang masuk hanya sedikit.
b. Tahap
kedewasaan yang stabil adalah volume penjualan tidak meningkat lagi tetapi
konstan.ini di sebabkan karena seluruh permintaanya berasal dari pembeli lama
atau pelanggan, jadi sudah tidak ada lagi pembeli baru yang masuk.
c. Tahap
kedewasaan menurun adalah penjualan yang menurun dikarenakan beberapa langganan
mulai meninggalkan produk perusahaan dan membeli produk lain. Ini di tandai
pada tahun 2003, mulai muncul pesaing produk Indomie yang berasal dari PT.
Wings Food, yaitu Mie Sedap.Mie Sedap juga tak kalah populer dengan Indomie
meskipun masih produk baru.
Sampai sekarang Indomie terus mencoba
mengembangkan varian mie instan tersebut.
Diantaranya Mie Kriuk, Selera Nusantara,
Indomie Jumbo, Mie Kriting, Taste if Asia dan
Kuliner Indonesia. Tidak hanya varian,
Indomie pun mencoba untuk meng-upgrade kemasannya
iv. Tahap
Penurunan (Decline)
Pada tahap penurunan, penjualan dan
keuntungan akan semakin menurun dan jika tidak melakukan strategi yang tepat,
produk yang di tawarkan mungkin akan hilang dari pasar (Market), Hal ini
dipengaruhi oleh ancaman factor internal dan eksternal yang dapat terjadi.Tahap
terakhir yang dialami oleh suatu produk dalam siklus kehidupannya adalah tahap
kemunduran panjang atau lamanya tahap kemunduran ini di tentukan oleh beberapa
factor, yaitu:
a. Perubahan
selera konsumen
b. Perubahan
kegiatan pesaing
c. Kebijaksanaan
meninggalkan produk oleh perusahaan.
Pada 7 Oktober 2010 Pihak berwenang Taiwan
mengumumkan bahwa Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan
pengawet yang terlarang, yaitu natrium benzoat dan metil p-hidroksibenzoat.Dua
unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik.Sehingga dilakukan
penarikan semua produk mi instan “Indomie” dari pasaran Taiwan. Selain di
Taiwan, larangan juga berlaku di Kanada dan Eropa. Hal ini menyebabkan
menurunnya tingkat permintaan Indomie dari mancanegara.Namun hal ini tidak
berlangsung lama dan Indomie kembali mendapatkan hati masayarakat.
2.3.2 BCG (Boston
Consulting Group
Pada tahun 1968, menciptakan
(BCG) Boston Consulting Group “Growth Share Matrix” sebuah
grafik sederhana untuk membantu perusahaan besar dalam menentukan bagaimana
mengalokasikan kas antara unit-unit bisnis mereka. Korporasi akan mengkategorikan
unit usaha sebagai “Bintang”, “Kas Sapi”, ”Pertanyaan Marks”, dan
“Anjing” (awalnya “Piaraan”) kemudian mengalokasikan kas yang sesuai,
memindahkan uang dari ”sapi perah” menuju “bintang” dan “tanda tanya” yang
memiliki tingkat pertumbuhan pasar yang lebih tinggi potensial. Bagan itu
popular selama dua dekade dan “digunakan sebagai primer dalam prinsip-prinsip
pengelolaan portofolio”, sebagai kata BCG.
1) Question
Divisi dalam kuadran I memiliki posisi pangsa
pasar relatif yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri yang bertumbuh
pesat.Biasanya kebutuhan kas perusahaan ini tinggi dan pendapatan kasnya
rendah. Bisnis ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan
apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau
menjualnya.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk, : Pada kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk tidak menunjukkan
pangsa pasar yang relative rendah dan di Indonesia untuk produk mie instan
yaitu indomi tidak bersaing dalam industry yang pertumbuhannya pesat dilihat
bahwa indomi yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk merupakan market
reader mie instan di Indonesia karena memiliki brand yang kuat di benak
konsumen dan merupakan perusahaan mie instan pertama di Indonesia.
2) Star
Bisnis di kuadran II (disebut juga Bintang)
mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas
bagi organisasi.Divisi dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan tingkat pertumbuhan
industri yang tinggi seharusnya menerima investasi yang besar untuk
mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah
pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas positif bagi
perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan
mengantisipasi para pesaingnya. Integrasi ke depan, ke belakang, dan
horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan joint
venture merupakan strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan divisi ini.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Perusahaan memiliki hubungan jangka panjang
dilihat dari peluang yang baik dalam hal pertumbuhan dan laba dimana mempunyai
pangsa pasar yang tinggi dimana produk yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses
Makmur di gemari oleh semua kalangan, sehingga bagi perusahaan memerlukan
investasi.
3) Cash Cow
Divisi yang berposisi di kuadran III memiliki
pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang
pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan kas lebih dari
yang dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk membiayai untuk membiayai
sektor usaha yang lain. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa lalu,
divisi sapi perah harus dikelola unuk mempertahankan posisi kuatnya selama
mungkin.Pengembangan produk atau diversifikasi konsentrik dapat menjadi
strategi yang menarik untuk sapi perah yang kuat.Tetapi, ketika divisi sapi
perah menjadi lemah, retrenchment atau divestasi lebih sesuai untuk diterapkan.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada kuardan ini PT. Indofood Sukses
Makmur, memiliki pangsa pasar yang relative tinggi tetapi bersaing dalam
pertumbuhan pasar industri yang lambat sehingga PT. Indofood Sukses Makmur
menghasilkan pendapatan yang dapat diperas seperti susu sapi hal ini dilihat
dari PT. Indofood Sukses Makmur yang memiliki anak perusahaan dan memproduksi
berbagai macam produk makanan.
4) Dog
Divisi
kuadran IV dari organisasi memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan
bersaing dalam industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh.Mereka
adalah anjing dalam portofolio perusahaan.Karena posisi internal dan
eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas
dengan retrenchment.Ketika sebuah divisi menjadi anjing, retrenchment dapat
menjadi strategi yang terbaik.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada Kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk tidak menunjukkan pangsa pasar yang realtif rendah namun dilihat saat ini
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk bersaing pada industri yang relative
pertumbuhannya rendah yaitu Mie Sedap yang dikeluarkan oleh PT. Wingsfood. .
Indofood Sukses Makmur, Tbk.
2.4 Kompetitor
Mie instan telah menjadi makanan yang paling
digemari khususnya di Indonesia.Pangsa pasarnya sangatlah besar, mengingat
makanan ini digemari semua kalangan. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk,
pertama kali memperkenalkan Indomie sebagai brand dari mie instan. Hingga
saat ini Indomie dari Indofood Sukses Makmur begitu sangat dikenal oleh
masyarakat dan sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk
kepada mie instan. Seiring waktu, sebenarnya ada beberapa merek mie instan yang
mencoba meramaikan pasar, tapi tidak berhasil.Satu per satu merek mie instan
para pesaing itu pun tenggelam. Pada tahun 2003, setelah sekitar 30 tahun
Indomie berjaya, merek Mi Sedaap muncul turut meramaikan pasar mie instan Tanah
Air. Dan merek baru Mi Sedaap inilah yang dinilai mampu mengikis sedikit demi
sedikit market share Indomie sebagai market leader mie instan di Indonesia. Dua
merek yang bersaing sengit dalam kategori produk mie instan ini adalah Indomie
dan Mi Sedaap.
Mi Sedaap cukup fenomenal dengan rasa kari
spesial yang kental dan katanya “nendang rasanya”. Merek mie instan besutan
Wings Food ini pertama kali hadir dengan hanya tiga varian rasa, yaitu mie
goreng dengan “kriuk-kriuk”, rasa soto dengan koya, dan rasa ayam bawang dengan
bawang goreng. Sebagai pendatang baru, Mi Sedaap hadir dengan strategi promosi
agresif untuk segera mendongkrak awareness merek produk. Mi Sedaap
pastinya menyadari sejak awal bahwa merebut market share Indofood yang image
produknya sudah sangat baik bukanlah perkara mudah. Sebab itu Wings membutuhkan
waktu lebih dari dua tahun untuk melakukan riset hingga menemukan formula rasa
yang pas.Kemudian bisa dimunculkan produk mie instan dengan penambahan bumbu
bawang goreng kriuk pada varian mie gorengnya.Meski terkesan sepele, ternyata
Mi Sedaap varian rasa tersebut cukup disukai konsumen.
Banyak orang yang mengaku sudah familier
dengan rasa dan tekstur Indomie. Tapi, banyak juga orang yang mengatakan ingin
menjajal rasa dan kualitas dari merek lain. Tentu bila menyangkut kategori
produk mie instan yang harganya terbilang murah dan relatif mudah ditemukan,
keputusan orang untuk memilih pun akan berlangsung secara cepat dan instan.
Dalam hal ini, merek yang pertama kali terlintas di benak pelangganlah yangakan terpilih.
Jika dilihat dari Top Brand Index (TBI) 2014,
kedua merek ini terpaut cukup jauh, yaitu Indomie meraih indeks 75,9% dan Mie
Sedaap 14,4%. Dilihat dari lima tahun ke belakang pun, Indomie terlihat masih
memimpin pasar mie instan di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 ini. Indeks
yang diraih Indomie pun terbilang cukup dominan sekitar 70%.
Dari semua merek pesaing, Mi Sedaap yang
paling mungkin menggoyang posisi market leader Indomie di pasar.Terbukti memang
Mi Sedaap-lah yang diam-diam sedikit menggerogoti pangsa pasar Indomie.Ini
benar terutama pada awal Mi Sedaap muncul di pasaran dan konsumen banyak yang
tertarik untuk menjajal mie instan baru ini. Tetapi, dari data Top Brand Index
mulai tahun 2010 sampai sekarang, terlihat posisi Indomie memang sulit
disaingi.
2.5 Analisis Swot
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di
dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis
dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai
tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.
a) Strenght
(Kekuatan)
Berikut ini adalah kekuatan dari PT Indofood
Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Keahlian
dalam cita rasa Indonesia (rasa yang enak dan lezat)
2. Produksi
rendah biaya
3. Jangkauan
distribusi luas
4. Memiliki
satu group yang menangani pendistribusian produk-produknya
(PT. Group
Distribusi Indofood),
5. Kecepatan
dalam menjangkau konsumen
6. Memiliki
banyak anak perusahaan,
7. Brand
yang sudah terkenal lama oleh masyarakat Indonesia terutama produk Mie
8. Memliki
Sumber Daya Manusia yang besar sehingga mampu produksi yang besar
Pula
9. Terus
melakukan inovasi untuk menghasilkan cita rasa mie yang sesuai dengan
Konsumen.
10. Telah merambah pasar Luar
Negeri
b) Weakness
(Kelemahan)
Berikut ini adalah kelemahan dari PT Indofood
Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Terlalu
banyak Brand yang dikeluarkan
2. Terlalu
banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood
3. Permintaan
pasar yang belum terpenuhi
4. Produk
memakai MSG (Monosodium Glutamate)
5. Besarnya
biaya pemasaran yang digunakan
6. Ketersediaan
bahan baku yang belum mencukupi khususnya produksi di Luar Negeri
c) Opportunities
(Peluang)
Berikut
ini adalah peluang dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Pertumbuhan
pasar yang terus meningkat, baik di kalangan bawah, menengah, maupun atas
2. Segementasi
pasar yang tidak terlalu signifikan karena produk yang dihasilkan terus
menyesuaikan untuk dikonsumsi pria atau wanita, baik tua maupun muda
3. Memanfaatkan
e-bussines dalam membantu mengembangkan pangsa pasar dan memperkenalkan prosuk
melalui internet, karena pengguna internet sama dengan masyarakat konsumen
4. Melakukan
ekspansi ke luar negeri
5. Melakukan
join dengan perusahaan yang memiliki produk yang sejenis
6. Melakukan
diversifikasi terhadap produk lain
7. Pasar
domestik maupun luar negeri masih terbuka lebar
8. Naiknya
harga makanan pokok
9. Pola
hidup masyarakat akan mie instant yang cukup tinggi
d) Threats
(Ancaman)
Berikut
ini adalah ancaman dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Ketatnya
persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi
3. Terus
dihadapi dengan pesaing-pesaing baru dengan jenis produk yang sama
4. Adanya
kompetitor sejenis yang cukup banyak
5. Kemungkinan
adanya anti MSG dan zat bahaya lainnya
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1
Kesimpulan
1. PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang
memproduksi Mie Instan yang brand produknya dikenal dengan indomie dan
membuatnya menjadi market leader makanan instan.
2. Ditinjau
dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada
posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat
kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan.
3. Dari
analisis BCG, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk berada pada posisi Kuardan III
(Cash Cow) dimana memiliki pangsa pasar yang tinggi dan peluang pertumbuhan
laba dalam jangka panjang, memiliki investor-investor yang berinvestasi pada
perusahaan dan juga memiliki anak perusahaan karena mengeluarkan berbagai macam
produk.
4. Analisis
SWOT pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ini digunakan dengan
melihat instrument utama yaitu kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal
dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk untuk pencapaian dan hal-hal
apa saja yang perlu diperhatikan.
3.2 Saran
1. PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk khususnya produk indomie, harus dapat
mempertahankan ciri khas produknya.
2. PT
Indofood Sukses Makmur, Tbk harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen mengingat keinginan
konsumen yang berubah-ubah sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhan dan
keinginan dari konsumen. Itu dilakukan agar kegiatan produksi sesuai dengan
target yang diinginkan.
3. PT
Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat melakukan pemanfaatan dan pengalokasian modal
dengan tepat yang digunakan untuk pengembangan teknologi seoptimal mungkin.
4. PT
Indofood Sukses makmur, Tbk dapat lebih bijak dalam pemilihan bahan baku dan
bahan pembantu agar tetap menjaga kualitas produk, sehingga tidak banyak
mengandung bahan kimia yang dapat merugikan para penikmat produk Indofood.
Daftar Pustaka
Annual Report .2014. Indofood. “Customer Branded
Products” .http://www.indofood.com/business/consumer-branded-products
David, F. R. 2006. Manajemen Strategis, Konsep. Edisi 10
(terjemahan). Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Ilmu manajemen Industri. “Pengertian dan contoh Analisis
SWOT”. 13 Agustus 2015 http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/http://www.indofood.com/business/consumer-branded-products
Kotler
dan Armstrong, (terjemahan Alexander Sindoro), 2000, Dasar-dasar Pemasaran,
Prenhallindo, Jakarta.
Susiladhy,2011,
Analisa Matrik BCG pada strategi pemasaran item, Jakarta
Tjiptono Fandy. 2004, Pemasaran Jasa, Bayu Media Malang.
Manajemen
Strategi pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
merupakan jenis perusahaan manufaktur, yaitu perusahaan yang memproses
bahan mentah hingga berubah menjadi barang yang sudah siap untuk dipasarkan.
Semua proses yang terjadi di industri ini umumnya melibatkan berbagai peralatan
modern. PT.Indofood Sukses Makmur Tbkmerupakan bentuk perusahaan PT
(perseroan terbatas), yaitu suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki
bagian sebanyak saham yang dimilikinya.
·
1968
- PT Lima Satu Sankyu (selanjutnya berganti nama menjadi PT Supermi Indonesia)
didirikan, pertama kali memproduksi Supermi sebagai
mi instan pertama di Indonesia.
·
1970
- PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd (PT Sanmaru) didirikan sebagai salah
satu anak perusahaan Jangkar Jati Group.
·
1984
- PT Sarimi Asli Jaya diakuisisi oleh PT Sanmaru dan bersama dengan Salim Group membentuk
perusahaan dengan nama PT Indofood Interna Corporation.
·
1986
- PT Supermi Indonesia diakuisisi oleh PT Indofood Interna Corporation melalui
anak perusahaannya PT Lambang Insan Makmur.
·
1989
- PT Sanmaru mengakuisi PT Sari Pangan Nusantara, yang memproduksi makanan bayi
bermerek SUN.
·
1990
- PT Sanmaru membentuk perusahaan patungan dengan PepsiCo, Inc yang memiliki
merek FritoLay yang pada tahun 1994 bernama PT Indofood Fritolay Makmur dan
mulai memproduksi makanan ringan seperti Chitato, Chiki, Cheetos dan Jetz yang
kemudian pada tahun 2000an disusul dengan Lay's dan Qtela.
·
1992
- PT Sanmaru melalui anak perusahaan Jangkar Jati Group diambil alih seluruh
sahamnya oleh Salim
Group.
·
1993
- PT Panganjaya Intikusuma dan PT Sanmaru membentuk perseroan dengan nama PT
Indomie Sukses Makmur Tbk.
·
1994
- PT Panganjaya Intikusuma berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
·
1995
- Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari.
·
1997
- Mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan,
agribisnis serta distribusi.
·
2005
- PT Indosentra Pelangi sebagai produsen bumbu, kecap dan sambal bermerek
Indofood membentuk perusahaan patungan dengan Nestlé bernama PT Nestlé Indofood
Citarasa Indonesia, mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.
·
2006
- Mengakuisisi 55% saham perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd.
·
2007
- Mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan
saham baru.
·
2008
- Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efektif 68,57%
saham di PT Indolakto, sebuah perusahaan dairy terkemuka.
·
2009
- Memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu
yang diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk
Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke
dalam ICBP.
·
2010
- Menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP melalui pengalihan
kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP dengan jumlah kepemilikan kurang
dari 100% ke ICBP dan melakukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjutkan dengan
pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.
Peningkatan kepemilikan di Pacsari Pte. Ltd sebesar 10% menjadi pemilik 100%.
·
2011
- Pada bulan Januari 2011, PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Gizindo
Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur dan PT
Ciptakemas Abadi digabung sepenuhnya dengan status perusahaan terbuka (Tbk.)
menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Salim Ivomas Pratama (SIMP), anak
perusahaan langsung dan tidak langsung Perseroan, melakukan IPO diikuti dengan
pencatatan saham di BEI pada 9 Juni 2011.
·
2012
- Sudono
Salim, pendiri ICBP meninggal dunia di
Singapura pada tanggal 10 Juni 2012. Tidak lama sesudah meninggalnya, salah
satu produk mi instan dari Indofood,Indomie,
menyelenggarakan program ulang tahunnya yang ke-40 tahun, pada bulan Agustus
2012 di Jakarta.
·
2013
- Menyelesaikan akuisisi PT Pepsi-Cola Indobeverages, perusahaan yang
memproduksi minuman ringan bermerek Pepsi, 7 Up dan
sebagainya. Akuisisi ini dilakukan oleh PT Indofood Asahi Sukses Beverage dan
PT Asahi Indofood Beverage Makmur, yang masing-masing adalah 51% dan 49%
dimiliki oleh ICBP.
·
2014
- Indofood masuk ke bisnis minuman bernama Indofood Asahi dan mulai mengimpor
dua merek minuman dari Malaysia, yaitu Ichi Ocha dan Caféla Latte dan
mengakuisisi merek air mineral Club dari PT Tirta Bahagia.
Mie instan telah menjadi makanan yang sangat
digemari di Indonesia. Studi MARS Indonesia yang dilansir pada tahun 2016
tentang Profil Konsumsi Produk Makanan mengungkapkan bahwa sebanyak 92,4
masyarakat di Indonesia dari survei yang dilakukan di 7 kota besar di Indonesia
merupakan konsumen mie instan. Mie Instan dapat disebut makanan instan favorit
di Indonesia karena harganya murah, membuatnya mudah dan praktis, awet, atau
rasanya pun enak. Hasilnya, mie instan pun menjadi makanan pengganti nasi yang
sangat digemari baik di rumah tangga, anak kos, bahkan di kalangan pekerja
kantor. Hal ini dapat dilihat dari :
o Salah satukota dengan tingkat konsumsi mie
instan terbesar, yaitu Kota Semarang sebesar 97%.
o Posisinya diikuti oleh Makassar (95,2%) dan
Bandung (94,2%).
o Jika dilihat dari usia konsumen, tingkat
konsumsi mie instan terbesar adalah kalangan remaja berusia 15-24 tahun, yaitu
sebesar 95,6%.
o Di rentang usia 25-34 tahun sebesar 93,9% dan
usia 35-55 tahun sebanyak 90,5%.
1.2 Visi Misi
a. Visi
“Menjadi Perusahaan Total Food Solutions”
b. Misi
a) Senantiasa
meningkatkan kompetensi karyawan kami, proses produksi kami, dan teknologi
kami.
b) Menyediakan
produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau, yang
merupakan pilihan pelanggan.
c) Memastikan
ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional.
d) Memberikan
kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia, khususnya dalam
bidang nutrisi.
e) Meningkatkan
stakeholders’ value secara berkesinambungan.
1.3 Strategi Manajemen Pada Elemen
Marketing Mix (4p)
Menurut Kotler
(2000) mendefinisikan bahwa “bauran pemasaran adalah kelompok kiat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam
pasar sasaran“.Sedangkan Jerome Mc-Carthy dalam Fandy Tjiptono
(2004) merumuskan bauran pemasaran menjadi 4 P (Product, Price, Promotion
dan Place).
Sehingga disimpulkan bahwa Marketing Mix
adalah strategi pemasaran yang di laksanakan secara terpadu atau strategi
pemasaran yang di lakukan secara bersamaan dalam menerapkan elemen strategi
yang ada dalam marketing Mix itu sendiri.Marketing Mix terdapat beberapa elemen
marketing dikenal dengan unsur 4P (Produk, Price, Place, Promotion).
a) Product
Brand name yang digunakan adalah Indomie.
Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet
berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal, minyak
palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi jumbo
dengan massa 120 gram.
Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan
selera orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan konsumen
yang semakin banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk
Indomie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah
Indonesia.
Produk
|
|
Noodles
|
Indomie, Supermie, Sarimi, Sakura, Pop Mie,
Pop Bihun, Mie Telur Cap 3 Ayam
|
Dairy (Susu)
|
Indomilk, Cap Enak, Tiga Sapi, Kremer,
Milkuat, Orchid Butter, Indoeskrim
|
Snack Foods
|
Chitato, Chiki, Qtela, Jetz, Cheetos, Lays,
Trenz, Dueto, Wonderland Biskuit
|
Food Seasonings (Bumbu-bumbu Makanan)
|
Indofood Bumbu Racik, Indofood Freiss,
Sambal Indofood, Kecap Indofood, Kecap Piring Lombok, Maggi, Bumbu Spesial
Indofood
|
Nutrition and Special Food
|
Promina, Sun, Govit, Provita
|
Beverages (Minuman)
|
Ichi Ocha, Cafèla Latte, Club, Tekita,
Fruitamin, Pepsi, Mirinda, 7Up, Tropicana Twister
|
b) Price
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat
juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40
indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua kalangan
masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 1500 –
Rp. 3.500
c) Places
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan
distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut
kepualuan.Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak
tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai
suplai dan penghantaran.Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki
outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang
dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin
(www.indofood.com).Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam
menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti Burjo (warung yang menyediakan
bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama).
d) Promotion
•
Tagline :
Indomie Seleraku
•
Iklan
: Billboard, iklan TV, sponsor acara
Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle”
untuk pelajar SMA, acara tersebut
berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada
24 April 2008.
• Pembuatan Shop Sign
(Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
BAB
II
Analisis
2.1 Analisis Lingkungan
2.1.1 Lingkungan Internal (Mikro)
1. Konsumen
Konsumen indomie tidak hanya ada di indonesia
saja tetapi berada di australia. Indomie merupakan makanan kegemaran di
asutralia, hal ini bisa dilihat dari toko-toko yang selalu kehabisan stok karena
permintaan akan indomie di australia cukup banyak. Hal ini juga di dukung oleh
kebiasaan masyarakat australia yang membutuhkan makanan cepat saji karena
kapadatan jam kerja dan banyaknya netizen. Di Australia, tahun 2009 indomie
dijual dengan harga 25 sen per bungkusnya atau AUD 10 untuk satu kardus berisi
40 bungkus indomie, sedangkan di Amerika Serikat pada tahun 2009, indomie biasa
dijual dengan harga 1 dolar per 3 bungkusnya.
2. Pesaing
Salah satu kompetitior indomie adalah mie
sedap, mie sedap masuk ke pasar dengan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan harga yang ditawarkan indomie. Sehingga konsumen yang terpengaruh harga
akan lebih memilih mie sedap.Pesaing indomie di australia adalah makanan
pasta. Tetapi tetap saja indomie dapat lebih unggul karena indomie memiliki ke
khasan rasa dan harga yang lebih murah harga 1 dolar per 3 bungkus, dan
penyajiannya juga mudah serta cepat.
Metode promosi yang digunakan adalah terutama
melalui iklan di media elektronik dan cetak, mensponsori berbagai acara, serta
instalasi iklan billboard secara luas. Indomie sangat dikenal dengan
taglinenya, "Indomie Seleraku".Pada tahun 2008 Indomie melakukan
inovasi dalam promosinya dengan mengadakan event Indomie Jingle Dare, sebuah
ajang kompetisi bagi pelajar tingkatan SMA untuk membuat jingle bagi iklan
Indomie.
3.Pemasok
Grup Indofood merupakan perusahaan “Total
Food Solutions”, dengan kegiatan usaha yang mencakup seluruh tahapan proses
produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk
akhir yang tersedia di pasar. Sebagai perusahaan terkemuka dalam industri
makanan olahan di Indonesia, kegiatan operasional.Grup Indofood didukung oleh
sistem distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya sangat dikenal di
seluruh nusantara. Produk-produk Grup Indofood antara lain mi instan, dairy,
bumbu penyedap makanan, makanan ringan, makanan bayi, tepung terigu, pasta,
biskuit, minyak goreng, margarin dan shortening. Merek-merek produk Grup
Indofood merupakan merek terkemuka di pasar domestik, dikenal konsumen sebagai
produk berkualitas dengan harga terjangkau dan tersedia di berbagai pelosok
Indonesia.
4. Chanel of distribution
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan
lepas dari masalah penyaluran barang yang dihasilkan atau barang yang akan
dijual ke konsumen. Para produsen berhak menentukan kebijakan distribusi yang
akan dipilih dan disesuaikan dengan jenis barang serta luasnya armada penjualan
yang akan digunakan. Jika perusahaan berada dalam persaingan yang semakin
tajam, perusahaan harus segera mengadakan penelitian terhadap
pasarnya.Penelitian tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera konsumen
dan jika mungkin menstimulir permintaan serta menciptakan langganan (Kotler,
2006). Ada beberapa alternatif yang mungkin dipilih penjual dalam
mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu :
1. manufaktur → konsumen,
2. manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
3. manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran
→ konsumen
4. manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang
eceran →konsumen
Dan berdasarkan survey yang dilakukan oleh
Qasa Consulting, kekuatan distribusi Indomie terbukti, dalam The Most Powerfull
Distribution Performance tahun 2007, yang mencapai 95%.Karena pendistribusian
indonmie sangat baik, maka Indomie mudah di dapatkan oleh kosumen dimanapun.
5.Sumber daya manusia
Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu,
Indofood percaya bahwa karyawan adalah salah satu kelompok paling penting dari
stakeholder dan unsur penting dalam keberhasilan terus. Perseroan percaya bahwa
setiap karyawan memiliki kapasitas untuk berprestasi dan memberikan kontribusi
bagi keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri. Indofood
akan terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan baik di
semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan. Program pelatihan
juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam rangka
untuk membantu semua divisi dalam mempertahankan pangsa pasar dan keuntungan di
pasar yang semakin kompetitif. Berbagai program pelatihan akan disajikan dalam
setahun, sementara Program Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam
divisi-divisi lain dari perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak
Minyak & Lemak dan Makanan Bumbu Divisi.
2.1.2 Lingkungan Eksternal (Makro)
1. Ekonomi
Menurut catatan Bursa Efek Jakarta tahun
1994, PT. Indofood berhasil menguasai 90% pasar mie instant di
Indonesia.Sedangkan untuk di Australia, Indofood dengan kategori mie instant
berhasil menguasai hingga 70%. Oleh karena itu, harga Indomie di Australia
sendiri senilai 69 sen atau kurang lebih Rp. 5700,-. Selain Indomie, Indofood
memproduksi sejumlah merek mi instan lainnya, seperti Sarimi dan Supermi.
Namun, Indomie menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan dari divisi mi
instan Indofood. Pada 2009 lalu, total nilai penjualan mi instan meningkat 7,2
persen menjadi Rp11,68 triliun dari Rp10,90 triliun di 2008. Kenaikan ini
disebabkan oleh naiknya volume penjualan dan kenaikan harga pada 2008 dan 2009.
Peningkatan penjualan dan turunnya biaya produksi menaikkan marjin laba usaha
divisi ini menjadi 11,8 persen pada tahun 2009 dari 4,1 persen pada 2008. Sudah
bertahun-tahun PT. Indofood bertahan di pasar Australia bahkan begitu digemari
oleh warga Australia.Daur hidup produknyapun, tetap berada di puncaknya bahkan
mengalahkan mie instant dari negaranya sendiri maupun negara luar
lainnya.Tetapi dengan harga Indomie yang begitu tinggi dibandingkan di
Indonesia, perusahaan tetap saja harus membayarkan pajak usaha dari keuntungan
yang diperoleh perusahaan.Hingga kini, permintaan Australia terhadap produk PT.
Indofood tetap meningkat dari tahun ke tahun. Itu yang membuat perusahaan ini
bertahan di pasar Australia hingga sekarang
2. Sosial dan Budaya
Faktor social dan budaya, menitikberatkan
kepada tata nilai dan sikap dari masyarakat.PT. Indofood melihat dan
menyesuaikan terlebih dahulu produknya sebelum akhirnya mampu menguasai pasar
baik di dalam negeri maupun diluar seperti Australia. Tata nilai dan sikap
masyarakat mempengaruhi :
- Gaya hidup masyarakat
cenderung menyukai sesuatu yang instan seperti halnya pangsa pasar Indofood di
luar negeri seperti Australia, mayoritas masyarakatnya mayoritas orang-orang
yang sibuk sehingga hal ini menjadi peluang bagi Indofood untuk memasuki pasar
yang akan mempengaruhi pada permintaan produk terhadap perusahaan.
3. Teknologi
PT. Indofood harus memahami pengaruh
perubahan faktor teknologi terhadap kegiatan operasional perusahaan serta
pemahaman tentang kemampuan perusahaannya dalam menciptakan produk.Perkembangan
teknologi ini, selain dengan menunjang tercapainya tujuan perusahaan dapat juga
menjadi ancaman bagi merosotnya produktifitas perusahaan.Perusahaan Indofood
yang dibentuk di Australia, pastinya memiliki mesin-mesin canggih untuk
memenuhi permintaan masyarakat Australia terhadap Indomie. Teknologi lain
seperti internet dan social-network lain juga ditempuh PT. Indofood untuk
memasarkan produknya.
4. Demografi
Pemasaran Indomie dari perusahaan PT.
Indofood Sukses Makmur ini menargetkan kepada konsumen dengan rentang usia
diatas 3 tahun. Karena akan kurang pantas jika dikonsumsi oleh batita (bayi
dibawah tiga tahun) mereka masih membutuhkan asupan gizi yang lebih baik,
makanan-makanan bermanfaat bagi pertumbuhan mereka. Tetapi apabila untuk
dikonsumsi sekali-kali tidak apa-apa.Dari sisi jenis kelamin, dapat dikonsumsi
oleh pria maupun wanita.Dari sisi penghasilan, harga mie instant Indomie
sendiri masih cukup terjangkau di Australia bila dibandingkan dengan rata-rata
penghasilan warga mereka per tahun.
5. Geografi
Australia saling berbagi lautan dengan
tetangga-tetangganya yang terdekat, yakni Indonesia dan Papua Nugini.Australia
terletak di sebelah tenggara Indonesia.Pada titik batasnya yang terdekat,
Australia dan Indonesia hanya terpisah beberapa kilometer saja. Pada gambar
diatas, terlihat Ibu kota negara dan ibukota propinsi di Indonesia;
Ibukota nasional dan ibukota negara bagian di Australia. Dengan letak geografis
negara Australia dengan negara Indonesia yang lebih dari sekedar dekat,
memudahkan pengiriman (proses eksport-import) produk mie instant dari Indofood
menuju ke Australia. Dari segi biaya penyimpanan gudang, biaya transport,
bahkan waktu pengirimanpun akan lebih cepat dibanding pengiriman produk ke
negara lainnya. Ini pulalah yang membuat permintaan pasar konsumen di Australia
semakin meningkat.
6. Politik dan Hukum
Pengaruh politik dan hukum terhadap industri
sapi potong dapat dinilai dari berbagai peraturan maupun kesepakatan berbagai
pihak yang terkait, misalnya kesepakatan WTO dan AFTA yang berskala
internasional, atau Peraturan Daerah (Perda) yang lingkupnya lebih sempit.
Hukum dagang PT. Indofood, yang pada awalnya didirikan dengan nama PT.
Panganjaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian no.228 yang kemudian diubah
dengan akta no. 249, dan akta no.171 tanggal 15 november 1994. Tujuan utama
didirikannya PT. Indofood adalah memproduksi makanan olahan (khususnya mie
instant), pengolahan gandum menjadi tepung terigu, industri makanan terpadu,
distribusi, perkebunan, dan pengolahan kelapa sawit.
2.2 Internal Posisi Keuangan
Di tengah iklim perekonomian yang penuh
tantangan, Indofood berhasil meraih kinerja yang positif, dengan mencatatkan
pertumbuhan penjualan dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar,
sementara posisi keuangan Perseroan terjaga dengan sehat.Arahan strategis
Perseroan untuk meraih pertumbuhan melalui inovasi telah dilaksanakan dengan
baik, melalui keberhasilannya dalam peluncuran kategori-kategori produk yang
baru, serta banyaknya peluncuran berbagai produk baru.
IN
BILLION OF RUPIAH
UNLESS OTHERWISE STATED |
2014
|
2013
|
2012
|
2011
|
2010
|
Dalam
miliar Rupiah,
kecuali dinyatakan lain |
Net
Sales
|
30.022,5
|
25.094,7
|
21.716,9
|
20.085,9
|
18.617,3
|
Penjualan
Neto
|
Gross
Profit
|
8.059,9
|
6.425,7
|
5.803,8
|
5.112,3
|
5.064,8
|
Laba
Bruto
|
Income
from Operations (EBIT)
|
3.128,7
|
2.771,9
|
2.849,2
|
2.603,7
|
2.558,7
|
Laba
Usaha (EBIT)
|
EBITDA
|
3.748,1
|
3.278,9
|
3.272,7
|
2.999,0
|
3.011,0
|
EBITDA
|
Income
for the Year
|
2.531,7
|
2.235,0
|
2.282,4
|
2.066,4
|
1.827,9
|
Laba
Tahun Berjalan
|
Income
for the Year Attributable to Equity Holders of the Parent Entity
|
2.604,2
|
2.225,3
|
2.179,6
|
1.975,3
|
1.704,0
|
Laba
Tahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk
|
Comprehensive
Income for the Year
|
2.522,3
|
2.286,6
|
2.287,2
|
2.064,0
|
1.836,9
|
Laba
Komprehensif Tahun Berjalan
|
Comprehensive
Income for the Year Attributable to Equity Holders of the Parent Entity
|
2.598,8
|
2.260,9
|
2.183,2
|
1.973,7
|
1.710,2
|
Laba
Komprehensif Tahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik
Entitas Induk
|
Shares
Outstanding (million)
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
Jumlah
Saham Yang Ditempatkan dan Disetor Penuh (juta)
|
Basic
Earnings Per Share Attributable to Equity Holders of the Parent Entity (Rp)
|
447
|
382
|
374
|
339
|
344
|
Laba
Per Saham Dasar Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk (Rp)
|
Current
Assets
|
13.603,5
|
11.321,7
|
9.922,7
|
8.689,1
|
7.117,4
|
Aset
Lancar
|
Current
Liabilities
|
6.231,0
|
4.696,6
|
3.648,1
|
3.128,0
|
2.827,3
|
Liabilitas
Jangka Pendek
|
Net
Working Capital
|
7.372,5
|
6.625,1
|
6.274,6
|
5.561,1
|
4.290,1
|
Modal
Kerja Bersih
|
Total
Assets
|
24.910,2
|
21.267,5
|
17.819,9
|
15.354,9
|
13.484,3
|
Total
Aset
|
Capital
Expenditures
|
1.500,3
|
2.000,9
|
1.629,7
|
529,5
|
361,2
|
engeluaran
Barang Modal
|
Total
Equity
|
15.039,9
|
13.265,7
|
11.984,4
|
10.700,8
|
9.358,2
|
Total
Ekuitas
|
Non-Controlling
Interests
|
962,2
|
678,9
|
572,2
|
492,9
|
442,6
|
epentingan
Nonpengendali
|
Total
Liabilities
|
9.870,3
|
8.001,7
|
5.835,5
|
4.654,1
|
4.126,1
|
Total
Liabilitas
|
Funded
Debt
|
3.405,9
|
2.520,0
|
1.263,0
|
780,4
|
526,3
|
ang
Dikenakan Bunga
|
Gross
Profit Margin
|
26,8%
|
25,6%
|
26,7%
|
25,5%
|
27,2%
|
Marjin
Laba Bruto
|
EBIT
Margin
|
10,4%
|
11,0%
|
13,1%
|
13,0%
|
13,7%
|
Marjin
Laba Usaha (EBIT)
|
Net
Income Margin Attributable to Equity Holders of the Parent Entity
|
8,7%
|
8,9%
|
10,0%
|
9,8%
|
9,2%
|
Marjin
Laba Bersih Yang Dapat
Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk |
Return
on Assets (%) - Net Income
|
11,0
|
11,4
|
13,8
|
14,3
|
15,3
|
Imbal
Hasil atas Aset (%) - Laba Bersih
|
Return
on Assets (%) - EBIT
|
13,6
|
14,2
|
17,2
|
18,1
|
21,5
|
Imbal
Hasil atas Aset (%) - Laba Usaha
|
Return
on Equity (%)
|
17,9
|
17,7
|
20,1
|
20,6
|
33,3
|
Imbal
Hasil atas Ekuitas (%)
|
Current
Ratio (x)
|
2,18
|
2,41
|
2,72
|
2,78
|
2,52
|
Rasio
Lancar (x)
|
Liabilities
to Assets Ratio (x)
|
0,40
|
0,38
|
0,33
|
0,30
|
0,31
|
Rasio
Liabilitas Terhadap Aset (x)
|
Liabilities
to Equity Ratio (x)
|
0,66
|
0,60
|
0,49
|
0,43
|
0,44
|
Rasio
Liabilitas Terhadap Ekuitas (x)
|
Gearing
Ratio - Gross (x)
|
0,23
|
0,19
|
0,11
|
0,07
|
0,06
|
Gearing
Ratio - Gross (x)
|
Gearing
Ratio - Net (x)
|
(0,26)
|
(0,23)
|
(0,35)
|
(0,34)
|
(0,31)
|
Gearing
Ratio - Net (x)
|
Net Sales (Penjualan Netto)
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil
mencapai hamper seluruh target di tahun 2014 dimana meraih pertumbuhan
penjualan neto sebesar double-digit menjadi sekitar Rp30,02 triliun
dikontribusikan oleh pertumbuhan penjualan dari berbagai kegiatan usahanya yang
sudah ada maupun yang baru. Tanpa memperhitungkan kegiatan usaha baru,
penjualan neto tumbuh 13,0%, dan kegiatan usaha baru di bidang minuman
memberikan kontribusi sekitar 6,4% terhadap penjualan neto konsolidasi.
Income From Operations/Ebit (Trillion Rupiah)
Laba Usaha (Triliun Rupiah)
Pada Laba usaha tumbuh 12,9% menjadi
Rp3,13 triliun di tahun 2014, PT. Indofood Sukses Makmur Tbkgembira atas
kemajuan yang dicapai baik oleh kegiatan usaha yang sudah ada maupun baru
dimana berhasil mempercepat pertumbuhan penjualan dan meraih kemajuan berarti
dalam menyeimbangkan portofolio usaha. Di sepanjang tahun 2014, kami terus
menjalankan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.Kami meningkatkan
portofolio produk premium di kategori mi instan, makanan ringan, serta penyedap
makanan guna memenuhi kebutuhan segmen berpenghasilan menengah yang terus
berkembang.
Total Aset (Triliun Rupiah)
Total aset pada tanggal 31 Desember 2014
mencapai Rp24,91 triliun, naik 17,1% dari Rp21,27 triliun pada tanggal 31
Desember 2013. Total aset yang terdiri dari total asset lancar dan total aset
tidak lancar masingmasing meningkat menjadi Rp13,60 triliun dan Rp11,31 triliun
di tahun 2014, dari Rp11,32 triliun dan Rp9,95 triliun di tahun 2013. Kenaikan
total aset lancar terutama disebabkan oleh meningkatnyakas dan setara kas, dan
kenaikan piutang usaha seiring naiknya penjualan neto.
Total Ekuitas (Triliun Rupiah)
Pada tanggal 31 Desember 2014, total ekuitas
mencapai Rp15,04 triliun, naik dibandingkan Rp13,27 triliun pada tanggal 31
Desember 2013 terutama karena laba bersih yang dihasilkan di sepanjang tahun
2014 dikurangi dengan pembayaran dividen untuk tahun buku 2013.
2.3 Posisi dalam Market Share (Life Cycle)
dan BCG
2.3.1 Posisi dalam Market Share (Life Cycle)
Pada umumnya siklus hidup produk atau product
life cycle memiliki 4 tahapan yaitu: Perkenalan (Introduction), Perkembangan
(Growth), kedewasaan (Maturity), penurunan (Decline).
Indomie adalah merek produk mi instan dari
Indonesia.Di Indonesia, Indomie diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie juga dipasarkan secara cukup luas
di manca negara, antara lain di Amerika Serikat, Australia, berbagai negara
Asia dan Afrika serta negara-negara Eropa; hal ini menjadikan Indomie sebagai
salah satu produk Indonesia yang mampu menembus pasar internasional.Di
Indonesia sendiri, sebutan “Indomie” sudah umum dijadikan istilah generik yang
merujuk kepada mi instan.
Berikut ini adalah penjelasan singkat
mengenai ke empat tahapan siklus hidup produk yang di gunakan produsen PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk dalam memasarkan produknya berdasarkan fase atau
tahap siklusnya.
i. Perkenalan (Introduction)
Mie Instan pertama kali diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1969.Indomie sendiri di produksi dan dipasarkan ke konsumen
sejak tahun 1972. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, pertama kali
memperkenalkan Indomie Mie Noodlez, Indomie Laksa, dll. Tahap perkenalan adalah
tahapan pertama dalam siklus hidup produk dimana produsen memperkenalkan produk
barunya kepada pasar atau masyarakat umum.Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan
yang lambat. Pertumbuhan yang lambat karena di sebabkan oleh:
a Kelambatan
dalam perluasan kapasitas produksi
b Masalah
teknis
c Konsumen
baru mengenal produk
d Perusahaan
mulai beradaptasi
e Kelambatan
dalam penyediaan produk tersebut untuk konsumen, terutama di bidang distribusi.
ii. Perkembangan (Growth)
Tahap perkembangan (Growth) adalah
tahap di mana produk yang di perkenalkan tersebut dikenal dan mulai diterima
oleh konsumen.Dalam periode pertumbuhan ini ditunjukkan dengan penjualan yang
mulai meningkat. Pada tahun 1982 PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk meluncurkan varian rasa baru, yaitu rasa Kari Ayam.Diikuti pada tahun
1983 varian Mie Goreng di keluarkan.Tahun berikutnya perusahaan PT. Sanmaru
Food Manufacturing Co. Ltd dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya (produsen
Sarimi).Tiga tahun kemudian Pop Mie, mie instan dalam wadah cup, diluncurkan
untuk pertama kalinya dengan rasa ayam dan baso.
iii. Tahap
Kedewasaan (Maturity)
Pada tahun 1982 Indomie meluncurkan varian
rasa baru, yaitu rasa Kari Ayam.Diikuti pada tahun 1983 varian Mie Goreng di
keluarkan.Tahun berikutnya perusahaan PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd
dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya (produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian Pop
Mie, mie instan dalam wadah cup , diluncurkan untuk pertama kalinya dengan rasa
ayam dan baso. Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat
ini berada pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand
equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of
Mind merek mie instan.
Peningkatan omset penjualan yang mulai
melambat, bersaing dengan ketat dan berjuang dalam merebut pangsa pasar dengan
para pesaing–pesaingnya. Ditinjau lebih jauh tahap pendewasaan ini dapat di
bagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Tahap
pendewasaan yang meningkat adalah penjualan total meningkat dengan lambat yang
di sebabkan karena sebagian permintaan berasal dari langganan (pembeli lama),
sedangkan pembeli baru yang masuk hanya sedikit.
b. Tahap
kedewasaan yang stabil adalah volume penjualan tidak meningkat lagi tetapi
konstan.ini di sebabkan karena seluruh permintaanya berasal dari pembeli lama
atau pelanggan, jadi sudah tidak ada lagi pembeli baru yang masuk.
c. Tahap
kedewasaan menurun adalah penjualan yang menurun dikarenakan beberapa langganan
mulai meninggalkan produk perusahaan dan membeli produk lain. Ini di tandai
pada tahun 2003, mulai muncul pesaing produk Indomie yang berasal dari PT.
Wings Food, yaitu Mie Sedap.Mie Sedap juga tak kalah populer dengan Indomie
meskipun masih produk baru.
Sampai sekarang Indomie terus mencoba
mengembangkan varian mie instan tersebut.
Diantaranya Mie Kriuk, Selera Nusantara,
Indomie Jumbo, Mie Kriting, Taste if Asia dan
Kuliner Indonesia. Tidak hanya varian,
Indomie pun mencoba untuk meng-upgrade kemasannya
iv. Tahap
Penurunan (Decline)
Pada tahap penurunan, penjualan dan
keuntungan akan semakin menurun dan jika tidak melakukan strategi yang tepat,
produk yang di tawarkan mungkin akan hilang dari pasar (Market), Hal ini
dipengaruhi oleh ancaman factor internal dan eksternal yang dapat terjadi.Tahap
terakhir yang dialami oleh suatu produk dalam siklus kehidupannya adalah tahap
kemunduran panjang atau lamanya tahap kemunduran ini di tentukan oleh beberapa
factor, yaitu:
a. Perubahan
selera konsumen
b. Perubahan
kegiatan pesaing
c. Kebijaksanaan
meninggalkan produk oleh perusahaan.
Pada 7 Oktober 2010 Pihak berwenang Taiwan
mengumumkan bahwa Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan
pengawet yang terlarang, yaitu natrium benzoat dan metil p-hidroksibenzoat.Dua
unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik.Sehingga dilakukan
penarikan semua produk mi instan “Indomie” dari pasaran Taiwan. Selain di
Taiwan, larangan juga berlaku di Kanada dan Eropa. Hal ini menyebabkan
menurunnya tingkat permintaan Indomie dari mancanegara.Namun hal ini tidak
berlangsung lama dan Indomie kembali mendapatkan hati masayarakat.
2.3.2 BCG (Boston
Consulting Group
Pada tahun 1968, menciptakan
(BCG) Boston Consulting Group “Growth Share Matrix” sebuah
grafik sederhana untuk membantu perusahaan besar dalam menentukan bagaimana
mengalokasikan kas antara unit-unit bisnis mereka. Korporasi akan mengkategorikan
unit usaha sebagai “Bintang”, “Kas Sapi”, ”Pertanyaan Marks”, dan
“Anjing” (awalnya “Piaraan”) kemudian mengalokasikan kas yang sesuai,
memindahkan uang dari ”sapi perah” menuju “bintang” dan “tanda tanya” yang
memiliki tingkat pertumbuhan pasar yang lebih tinggi potensial. Bagan itu
popular selama dua dekade dan “digunakan sebagai primer dalam prinsip-prinsip
pengelolaan portofolio”, sebagai kata BCG.
1) Question
Divisi dalam kuadran I memiliki posisi pangsa
pasar relatif yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri yang bertumbuh
pesat.Biasanya kebutuhan kas perusahaan ini tinggi dan pendapatan kasnya
rendah. Bisnis ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan
apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau
menjualnya.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk, : Pada kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk tidak menunjukkan
pangsa pasar yang relative rendah dan di Indonesia untuk produk mie instan
yaitu indomi tidak bersaing dalam industry yang pertumbuhannya pesat dilihat
bahwa indomi yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk merupakan market
reader mie instan di Indonesia karena memiliki brand yang kuat di benak
konsumen dan merupakan perusahaan mie instan pertama di Indonesia.
2) Star
Bisnis di kuadran II (disebut juga Bintang)
mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas
bagi organisasi.Divisi dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan tingkat pertumbuhan
industri yang tinggi seharusnya menerima investasi yang besar untuk
mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah
pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas positif bagi
perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan
mengantisipasi para pesaingnya. Integrasi ke depan, ke belakang, dan
horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan joint
venture merupakan strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan divisi ini.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Perusahaan memiliki hubungan jangka panjang
dilihat dari peluang yang baik dalam hal pertumbuhan dan laba dimana mempunyai
pangsa pasar yang tinggi dimana produk yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses
Makmur di gemari oleh semua kalangan, sehingga bagi perusahaan memerlukan
investasi.
3) Cash Cow
Divisi yang berposisi di kuadran III memiliki
pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang
pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan kas lebih dari
yang dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk membiayai untuk membiayai
sektor usaha yang lain. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa lalu,
divisi sapi perah harus dikelola unuk mempertahankan posisi kuatnya selama
mungkin.Pengembangan produk atau diversifikasi konsentrik dapat menjadi
strategi yang menarik untuk sapi perah yang kuat.Tetapi, ketika divisi sapi
perah menjadi lemah, retrenchment atau divestasi lebih sesuai untuk diterapkan.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada kuardan ini PT. Indofood Sukses
Makmur, memiliki pangsa pasar yang relative tinggi tetapi bersaing dalam
pertumbuhan pasar industri yang lambat sehingga PT. Indofood Sukses Makmur
menghasilkan pendapatan yang dapat diperas seperti susu sapi hal ini dilihat
dari PT. Indofood Sukses Makmur yang memiliki anak perusahaan dan memproduksi
berbagai macam produk makanan.
4) Dog
Divisi
kuadran IV dari organisasi memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan
bersaing dalam industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh.Mereka
adalah anjing dalam portofolio perusahaan.Karena posisi internal dan
eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas
dengan retrenchment.Ketika sebuah divisi menjadi anjing, retrenchment dapat
menjadi strategi yang terbaik.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada Kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk tidak menunjukkan pangsa pasar yang realtif rendah namun dilihat saat ini
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk bersaing pada industri yang relative
pertumbuhannya rendah yaitu Mie Sedap yang dikeluarkan oleh PT. Wingsfood. .
Indofood Sukses Makmur, Tbk.
2.4 Kompetitor
Mie instan telah menjadi makanan yang paling
digemari khususnya di Indonesia.Pangsa pasarnya sangatlah besar, mengingat
makanan ini digemari semua kalangan. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk,
pertama kali memperkenalkan Indomie sebagai brand dari mie instan. Hingga
saat ini Indomie dari Indofood Sukses Makmur begitu sangat dikenal oleh
masyarakat dan sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk
kepada mie instan. Seiring waktu, sebenarnya ada beberapa merek mie instan yang
mencoba meramaikan pasar, tapi tidak berhasil.Satu per satu merek mie instan
para pesaing itu pun tenggelam. Pada tahun 2003, setelah sekitar 30 tahun
Indomie berjaya, merek Mi Sedaap muncul turut meramaikan pasar mie instan Tanah
Air. Dan merek baru Mi Sedaap inilah yang dinilai mampu mengikis sedikit demi
sedikit market share Indomie sebagai market leader mie instan di Indonesia. Dua
merek yang bersaing sengit dalam kategori produk mie instan ini adalah Indomie
dan Mi Sedaap.
Mi Sedaap cukup fenomenal dengan rasa kari
spesial yang kental dan katanya “nendang rasanya”. Merek mie instan besutan
Wings Food ini pertama kali hadir dengan hanya tiga varian rasa, yaitu mie
goreng dengan “kriuk-kriuk”, rasa soto dengan koya, dan rasa ayam bawang dengan
bawang goreng. Sebagai pendatang baru, Mi Sedaap hadir dengan strategi promosi
agresif untuk segera mendongkrak awareness merek produk. Mi Sedaap
pastinya menyadari sejak awal bahwa merebut market share Indofood yang image
produknya sudah sangat baik bukanlah perkara mudah. Sebab itu Wings membutuhkan
waktu lebih dari dua tahun untuk melakukan riset hingga menemukan formula rasa
yang pas.Kemudian bisa dimunculkan produk mie instan dengan penambahan bumbu
bawang goreng kriuk pada varian mie gorengnya.Meski terkesan sepele, ternyata
Mi Sedaap varian rasa tersebut cukup disukai konsumen.
Banyak orang yang mengaku sudah familier
dengan rasa dan tekstur Indomie. Tapi, banyak juga orang yang mengatakan ingin
menjajal rasa dan kualitas dari merek lain. Tentu bila menyangkut kategori
produk mie instan yang harganya terbilang murah dan relatif mudah ditemukan,
keputusan orang untuk memilih pun akan berlangsung secara cepat dan instan.
Dalam hal ini, merek yang pertama kali terlintas di benak pelangganlah yangakan terpilih.
Jika dilihat dari Top Brand Index (TBI) 2014,
kedua merek ini terpaut cukup jauh, yaitu Indomie meraih indeks 75,9% dan Mie
Sedaap 14,4%. Dilihat dari lima tahun ke belakang pun, Indomie terlihat masih
memimpin pasar mie instan di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 ini. Indeks
yang diraih Indomie pun terbilang cukup dominan sekitar 70%.
Dari semua merek pesaing, Mi Sedaap yang
paling mungkin menggoyang posisi market leader Indomie di pasar.Terbukti memang
Mi Sedaap-lah yang diam-diam sedikit menggerogoti pangsa pasar Indomie.Ini
benar terutama pada awal Mi Sedaap muncul di pasaran dan konsumen banyak yang
tertarik untuk menjajal mie instan baru ini. Tetapi, dari data Top Brand Index
mulai tahun 2010 sampai sekarang, terlihat posisi Indomie memang sulit
disaingi.
2.5 Analisis Swot
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di
dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis
dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai
tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.
a) Strenght
(Kekuatan)
Berikut ini adalah kekuatan dari PT Indofood
Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Keahlian
dalam cita rasa Indonesia (rasa yang enak dan lezat)
2. Produksi
rendah biaya
3. Jangkauan
distribusi luas
4. Memiliki
satu group yang menangani pendistribusian produk-produknya
(PT. Group
Distribusi Indofood),
5. Kecepatan
dalam menjangkau konsumen
6. Memiliki
banyak anak perusahaan,
7. Brand
yang sudah terkenal lama oleh masyarakat Indonesia terutama produk Mie
8. Memliki
Sumber Daya Manusia yang besar sehingga mampu produksi yang besar
Pula
9. Terus
melakukan inovasi untuk menghasilkan cita rasa mie yang sesuai dengan
Konsumen.
10. Telah merambah pasar Luar
Negeri
b) Weakness
(Kelemahan)
Berikut ini adalah kelemahan dari PT Indofood
Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Terlalu
banyak Brand yang dikeluarkan
2. Terlalu
banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood
3. Permintaan
pasar yang belum terpenuhi
4. Produk
memakai MSG (Monosodium Glutamate)
5. Besarnya
biaya pemasaran yang digunakan
6. Ketersediaan
bahan baku yang belum mencukupi khususnya produksi di Luar Negeri
c) Opportunities
(Peluang)
Berikut
ini adalah peluang dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Pertumbuhan
pasar yang terus meningkat, baik di kalangan bawah, menengah, maupun atas
2. Segementasi
pasar yang tidak terlalu signifikan karena produk yang dihasilkan terus
menyesuaikan untuk dikonsumsi pria atau wanita, baik tua maupun muda
3. Memanfaatkan
e-bussines dalam membantu mengembangkan pangsa pasar dan memperkenalkan prosuk
melalui internet, karena pengguna internet sama dengan masyarakat konsumen
4. Melakukan
ekspansi ke luar negeri
5. Melakukan
join dengan perusahaan yang memiliki produk yang sejenis
6. Melakukan
diversifikasi terhadap produk lain
7. Pasar
domestik maupun luar negeri masih terbuka lebar
8. Naiknya
harga makanan pokok
9. Pola
hidup masyarakat akan mie instant yang cukup tinggi
d) Threats
(Ancaman)
Berikut
ini adalah ancaman dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1. Ketatnya
persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi
3. Terus
dihadapi dengan pesaing-pesaing baru dengan jenis produk yang sama
4. Adanya
kompetitor sejenis yang cukup banyak
5. Kemungkinan
adanya anti MSG dan zat bahaya lainnya
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1
Kesimpulan
1. PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang
memproduksi Mie Instan yang brand produknya dikenal dengan indomie dan
membuatnya menjadi market leader makanan instan.
2. Ditinjau
dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada
posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat
kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan.
3. Dari
analisis BCG, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk berada pada posisi Kuardan III
(Cash Cow) dimana memiliki pangsa pasar yang tinggi dan peluang pertumbuhan
laba dalam jangka panjang, memiliki investor-investor yang berinvestasi pada
perusahaan dan juga memiliki anak perusahaan karena mengeluarkan berbagai macam
produk.
4. Analisis
SWOT pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ini digunakan dengan
melihat instrument utama yaitu kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal
dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk untuk pencapaian dan hal-hal
apa saja yang perlu diperhatikan.
3.2 Saran
1. PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk khususnya produk indomie, harus dapat
mempertahankan ciri khas produknya.
2. PT
Indofood Sukses Makmur, Tbk harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen mengingat keinginan
konsumen yang berubah-ubah sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhan dan
keinginan dari konsumen. Itu dilakukan agar kegiatan produksi sesuai dengan
target yang diinginkan.
3. PT
Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat melakukan pemanfaatan dan pengalokasian modal
dengan tepat yang digunakan untuk pengembangan teknologi seoptimal mungkin.
4. PT
Indofood Sukses makmur, Tbk dapat lebih bijak dalam pemilihan bahan baku dan
bahan pembantu agar tetap menjaga kualitas produk, sehingga tidak banyak
mengandung bahan kimia yang dapat merugikan para penikmat produk Indofood.
Daftar Pustaka
Annual Report .2014. Indofood. “Customer Branded
Products” .http://www.indofood.com/business/consumer-branded-products
David, F. R. 2006. Manajemen Strategis, Konsep. Edisi 10
(terjemahan). Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Ilmu manajemen Industri. “Pengertian dan contoh Analisis
SWOT”. 13 Agustus 2015 http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/http://www.indofood.com/business/consumer-branded-products
Kotler
dan Armstrong, (terjemahan Alexander Sindoro), 2000, Dasar-dasar Pemasaran,
Prenhallindo, Jakarta.
Susiladhy,2011,
Analisa Matrik BCG pada strategi pemasaran item, Jakarta
Tjiptono Fandy. 2004, Pemasaran Jasa, Bayu Media Malang.
Komentar
Posting Komentar